Malam ini terasa sangat sunyi bagiku, amat sangat sunyi......... ku buka kedua mataku yang sangat berat, malam ini amat sangat dingin, terlalu pagi untuk sekedar berorahraga ataupun beraktivitas harianku, menahan rasa pulasku dan beratnya raga yang masih ingin merebah, ku coba meraba-raba kacamata-ku, tak juga sampai aku temukan, tiba-tiba........................................”kringgggg”
Aku dapati dering handphone-ku yang sengaja selalu aku simpan di meja kecil berwarna cream yang ada disebelah ranjang tidurku, meja itu sudah lama ada dikamarku, apapun yang penting aku selalu menyimpannnya disana, saat itu pula aku menemukan handphone dan kacamataku bersebelahan, setelah kupakai kacamata mungilku yang tipis, secara kaget aku baru menyadari ini sudah pukul 03.15. seharusnya aku bisa bangun lebih awal dari itu, tapi karena aku lelah, waktu tidurku aka secara otomatis bertambah, yahh... waktunya untuk bersiap mengambil air wudhu yang dingin, tapi sebelumnya aku segera merogoh handphone ku yang lampu latarnya masih menyala itu..
“assalamualaikum ya ukhti Anna, waktu telah menunjukan seperempat hari, ayo kita shalat?”
Isi pesan singkat yang ku terima dari sahabat terbaikku sejak masa kecilku, Putra Gustya. Yang paling akrab dipanggil putra. Dari sejak masuk SMP dulu, Putra pernah bilang kalau Dia sangat mengagumiku bahkan tak jarang Putra mengutarakan perasaannya padaku. Sampai kita pun beranjak dari bangku SMP dan kemudian masuk di SMA yang sama, terakhir kali Dia pernah berkata “rasa kecilku takkan pernah berubah untukmu ukhti.” dan..... sikapku selalu saja datar tehadapnya, kerena aku meyakini bahwa di dunia ini tak pernah ada yang namanya cinta sesama yang sejati adanya, dan selama ini Putra selalu ada di dekatku tanpa harus menjadi pacarku, dan aku rasa aku nyaman dengan keberadaanya saat ini. Kau tak tahu apakah Dia sakit hati atau tidak,, sikap acuh ku telah meluluh-lantahkan perasaannya. Aku tahu, aku memang tak bisa terus menolak cintannya.
Sang waktu kini mulai beranjak dan pergi, ketika kami harus berpisah dengan jalan yang berbeda, sangat jauh. Kelulusan kami membawa kesan yang begitu cepat, Putra menemui aku pada saat terakhir masa kita di SMA. Dan kini aku coba untuk memahami dan mendengarkan ungkapan hatinya.
“Anna, waktu kita saling kenal, aku sangat bersyukur atas semua kebahagiaan yang telah kamu berikan. Aku hanya manusia biasa yang mungkin telah menggoreskan banyak kesalahan yang bisa membuat kamu benci dengan aku, aku sadar kalau kamu hanya menganggap aku sebagai sahabat terbaikmu, dan salahku, aku terlalu berharap panjang untuk jadi pendampingmu, aku minta maaf Anna?, tolong maafkan aku?, kini rasa cinta yang dalam akan ku simpan hingga saatnya kamu bisa terima rasa cinta yang suci ini, aku yakin kita bakal ketemu lagi, aku janji gakkan pernah temuin kamu sebelum aku menjadi seorang sarjana, kamu juga ya Anna?”
“LOVE YOU?” dan aku hanya bengong seperti orang bego yang terpesona dengan kata-kata yang tak pernah dilontarkan kepadaku oleh laki-laki manapun, bego dan menbatu, hingga tak ku sadari bibirnya telah mendarat dikeningku. Aku tahu bahwa Putra telah lelah untuk menungguku tepat adanya disampingku, sehingga dia bertega hati meninggalkan Indonesia dan melanjutkan sekolahnya di Canada.
Tepat 3 hari setelah pembagian surat tanda kelulusan, aku terlambat mengantarkan Putra ke bandara, setelah aku sampai di Bandara untuk sekedar mengucapkan kata-kata perpisahan, tak ku dapati Putra di sisi ruang tunggu, dan ketika tubuhku telah lunglai mencari Putra yang tak kunjung ku dapati, ku dengar suara pengumuman bahwa pesawat garuda dengan no penerbangan GA160 telah lepas landas, aku segera keluar dari bandara dan tenggadah ku pada langit yang biru dan kepergian orang yang selama ini menyayangiku dengan tulus, tangisku tak terbendung dan malam itu terasa sangat menyesakkan dadaku, entah apa yang telah terjadi denganku.
Ku jalani hidupku tanpa seorang sahabat yang sangat pengertian denganku, dan kini kepergiannya telah 3 tahun, baru kini aku sadari “aku mencintainya” tapi apalah guna aku menyesal sekarang, bahwa Putra mungkin sudah tak ingat denganku, hari-hariku hanya ku habiskan dengan rutinitas yang menjadikanku seperti sebuah boneka, aku kuliah di fakultas kedokteran dan berteman dekat dengan Sari yang juga mahasiswa teman kampusku. Seorang ukhti yang cantik dan cerdas, dan kami banyak belajar tentang makna hidup. Naas Sari mempunyai penyakit yang sangat berbahaya yang sampai sekarang belum bisa ditemukan obat yang paling tepat, dan itulah alasan Sari masuk Fakultas kedokteran tak lain untuk mencari obat penyakitnya itu. Sungguh aku pun sangat bersimpati padanya, aku telah berjanji untuk tidak berbicara pada siapapun tentang penyakit Sari, dan semaksimal mungkin aku menjadi seorang sabahat yang baik untuk Sari.
Hari bahagia bagi para mahasiswapun datang, tuntasnya sebuah Skripsi menandai terselesaikannya masa kuliah, kau sangat bahagia sekaligus sangat bersedih hati, “putra, sekarang kau dimana? Aku sangat rindu, kau ingin melihatmu memakai baju sarjana teknikmu, aku ingin segera membalas cintamu itu, aku telah lama menunggu kau pulang, maafkan aku Putra, aku tak sempat membuatmu tersenyum sebelum kau pergi ke Canada.”
“HAYYYooooOOOooo!!!! Sedang apa kau mbak? Ayo kita fhoto bareng? Kita udah dandan maksimal nih!” ajak Sari yang setengah pucat namun tertutupi oleh gairah semangat hidupnya yang sangat membludak, sudah Dia putuskan untuk menggali ilmu dan meneliti obat untuk penyakitnya itu, Kanker Otak . yaa!! Pertama dan terakhir kalinya Dia mau membuka mulut akan penyakitnya itu. Sungguh tak bisa kau bayangkan sosok sahabatku itu. Tapi aku telah berjanji akan menemani dia baik suka maupin duka.
7 tahun kemudian”
Pagi itu cuaca sangat cerah, aku berjalan di peratara rumah, mermenung kembali wajah Putra yang selalu menyisakan rasa sesal. “ Putra,,,,, sudah 7 tahun kau tak juga kembali ke Indonesia dan mengabariku, apa kau sudah bahagia disana? Aku ingin kau segara pulang dan aku telah tak sabar untuk berkata, aku sangat menyayangimu”. Kini aku sadari aku cinta Putra selepas kepergiannya 7 tahun silam, aku sangat mencintai sahabatku melebihi apapun, dan pagi itu pula pak pos mengantarkan sepucuk surat untukku, perangko yang digunakan tampak berbeda dengan perangko-perangko yang pernah kutemui.
Dear Anna Rianytha
Masih ingat denganku? Aku sahabatmu waktu kecil, apa kabarmu sekarang? Lama tidak berjumpa, aku sangat merindukanmu Anna, maafkan aku belum bisa menemuimu, kau harus memboyong topi sarjanaku untuk segera bertemu denganmu, Anna, siapkah kamu memberikanku kepastian akan perasaanku yang telah tumbuh sejak kita masih SMP dulu? Bulan depan aku pulang, jangan kabur ya UkhtiKu, aku masih seperti dulu.
Dan seketika tubuh ini melemas dan tak percaya dengan apa yang terjadi, Putra mengabariku. Sangat senang rasanya. Orang yang selama ini aku tunggu akhirnya akan pulang menemuiku, ya. CINTA SEJATIKU.
“aku berhasil Anna, kini studyku tak sia-sia, aku akan kabari kamu kalau aku pulang nanti, sekitar sebulan lagi, doakan aku ya sister’s?”
Isi pesan singkat yang juga kau terima dari Sari sahabatku yang tengah berada di USA, study banding dan mendapatkan peringkat tertinggi, “Alhamdulillah ya Rabb,, Engkau ciptakan hari ini begitu sangat sempurna”.
Dan hari ini adalah hari sejarah terbesarku, aku akan ke Bandara untuk menjemput 2 orang tercintaku. Putra cintaku dan Sari sahabatku. “ Haiiiiiiiiii...Anna!!!.” ku amati baik-baik lambaian tangan mungil yang memanggilku dan aku benar. “Sari !” pelukan hangat 2 sahabat itu terasa sangat nyata bagiku, ku amati Sari yang semakin hari semakin kurus, rambut tebalnya, kini mulai menipis, tapi semangatnya memang tak pernah pudar. Tiba-tiba....”Bruukk “ tubuh Sari terbanting dan terkulai lemah, Sari pingsan!, aku mulai panik dan berteriak, dan untunglah ada seorang pemuda memakai baju merah yang peduli dengan teriakanku, segeralah aku membawa Sari ke rumah sakit. Kini senyum di wjah cantik Sari pudar, yang ada hanyalah wajahnya yang pucat dan tak berdaya, di temani aku dan pemuda baju merah itu, aku menemani Sari sebelum orang tuanya menjemput, saat itu pula aku bertanya pada seorang pemuda baju merah, “terimakasih, kamu bantu saya buat nolong teman saya, sungguh saya sangat berterimakasih. Kalau tidak ada kamu saya gak tahu apa yang akan terjadi dengan Sari sahabatku.” Ujarku pada pemuda baju merah yang sepertinya wajahnya tak asing lagi bagiku. Dan tersentaklah ketika 2 mata kami berpapasan. Sinarnya begitu kuat, dan..................
“Anna???? Kau kah itu???” ucap pemuda baju merah sebari mengerutkan keningnya. “Putra ??,” gugupku tak bisa ku bendung ketika aku yakin betul pemuda yang ada di hadapanku saat ini adalah Putra Gustya. Sahabat masa kecilku yang sangat menyayangiku, yang 7 tahun tak pernah ku lihat lagi..
Di atas tempat tidur rumah sakit itu perbincangan dua sahabat yang sangat asyik terjadi. “Ann,, pemuda itu siapa namanya?, auranya sangat kuat, ganteng pula, nampaknya dia seorang yang cerdas ya?”
Dan.... ohh tidak, sang waktu telah salah mempertemukan kami, ternyata Sari merasakan jatuh cinta pada pandangan pertamanya, dan ya tuhan.................................”
Mengapa harus Putra? Orng yang selama ini aku tunggu, aku yakin juga Putra seperti itu, apalagi setelah aku bisa bertatap muka denganNya, begitu cerita kecil 2 orang sahababt kini berubah mrnjadi seutas cinta yang suci,. Dan apa yang harus aku lakukan kini?, Sari sahabatku juga mencintai pria yang sama denganku, tak kuasa aku menolak permintaannya untuk dikenalkan pada Putra yang juga telah akrab denganku. “ya tuhan,, bukan ini maksudku, aku mencintai Putra karenamu, dan kini aku harus merelakannya untuk kebahagiaan sahabatku yang tak ingin kulukai hatinya sekecil apapun, di sisa usianya yang telah kena vonis dokter, aku tak ingin melukainya, juga tak ingin kehilangan cintaku untuk yang kedua kalinya!”
“TIDAK !!”..”Anna !! apakah kau sudah gila?? Aku tak ingin melakukannya, kau mimpi, aku sangat mencintaimu, bahkan aku sudah pernah bilang bahwa kau cinta pertama dan terakhirku, kau gila Anna ! aku gak bisa !!”
Kata-kata itu masih sangat melekat kuat dipendengaranku. Aku tau bahwa Putra takkan ingin berpura-pura untuk menjadi kekasih Sari, tapiiiii... apalah dayaku yang juga sangat menyayangi Sari, dan waktu yang bicara juga menjadi cambuk panas yang menghujani tubuhku dengan ganasnya. Dan sangat bodoh jiika aku embiarkan semuanya,, aku harus rela melepas cintaku demi Sahabat tercintaku, setidaknya sampai di detik terakhir Sari, ya tuhan, ini sangat mengecewakan hatiku. Hingga sepakat dalam hati kita masing-masing,, Putra sangat menyangiku, hingga ia rela mencntai orang lain walaupun hatinya sakit mengucapkan kata cinta yang justru kepada wanita yang tidak ia cintai, mungkin belum saatnya aku harus memiliki cinta bintang yang terangi setiap langkahku.
Dan tibalah saat itu, dimana hari-hariku dipenuhi oleh rasa tak rela yang mendalam begitu Sari menyebut seseorang yang diyakininya itu adalah cinta, dan terus saja Putra berpura-pura menjadi kekasih Sari, hingga saatnya Sari menanyakan akan keseriusan Putra dengannya, dan sejak saat itu pula aku tersadar, cinta ini melukaiku, aku tak ingin kehilangan cinta yang selama ini aku tunggu dan selama ini begitu kuat kurasakan, semakin hari aku semakin menjauh dari mereka dan saat itu kutahu kabar terbaru, mereka akan segera menikah,
“ya rabb,, mengapa kau ciptakan cinta yang amat sulit untukku, apakah hamba tak pantas untuk mencintai seorang yang hamba cintai ya rabb?, rasanya dada ini semakin sesak kurasakan, apakah mereka telah melupakanku? Aku tak inginkan hal itu terjadi, tapi aku juga tak bisa mencegahnya.
Hari hari terus berganti dengan cepat, lebih cepat dari yang biasa kulalui,apakah ada hubungannya dengan pernikahan mreka yang semakin dekat? Entahlah, yang pasti hati ini tak mau tenang, hati ini tak mau membungkam.
Dan kali ini kurasakan sakit yang amat menusuk jantung, memecah ulu hati hingga akhirnya aku sadar bahwa memang Putra adalah cinta terakhirku. Amatlah perih, dan ketika aku membuka mata dari lelapnya angin semilir, terkejut seketika aku dapati tubuh ini terbaring lemah dirumah sakit, apa yang telah terjadi denganku?, aku sakit? Rasanya tak ingin ku kembali membuka mataku yang penuh dengan rasa pilu dihati, mengapa dahulu tak ku terima cinta dari Putra sampai akhirnya Putra menjadi milik Sari sahabatku sendiri. Aku memang bodoh, aku memang tak berguna, hanya membiarkan racun terus menggerogoti tubuhku, dan ketika itu pula aku tersadar bahwa pernikahan dua orang tercintaku akan dilaksanakan lusa.
“Anna, jika kau tak hadir dipernikahanku, aku pastikan kau takkan pernah melihatku lagi untuk selamanya” tersentak aku setelah membaca pesan dari inbox-ku, yaa.. dari putra. Akupun kembali meneteskan air mata ini, mengapa harus Dia..................................................”
Kuseret langkah kaki menuju pelaminan suram yang tak kusadari akan membunuh seluruh hatiku, kutancapkan bendera putih untuk sekedar menghibur diri yang tak kunjung menerbitkan senyum dibibirku, aku sadari bahwa perasaan akan rasa cinta ini kan pudar tepat pada waktunya.
“Inalillahi.............” tangisan yang sangat mengiris telinga, menepiskan rasa yang sangat perih. Mengapa harus terjadi seperti ini, harus menerima kenyataan yang pahit akan kehidupan, putra tengah kritis dan saat itu dokter memvonisnya takkan selamat dari kritisnya karena gagal ginjal yang sudah kronis, dan disanalah aku juga Sari menyadari bahwa cinta tak bisa dipaksakan,, kini Sari telah tahu semuanya, dan aku hanya tersedu, menahan tangisan yang tak bisa ku bendung lagi, begitupun dengan Sari, “seandainya dulu kau bilang padaku, mungkin semua ini takkan pernah terjadi Na!” ucap Sari sedih.
Aku sadar, kesalahanku untuk meminta Putra mencintai Sari adalah kesalahan terbesarku,, hanya untuk membuaut Sari tersenyum bahagia aku harus rela mengorbankan orang yang sangat aku cintai yang juga mencintaiku, ya ...!! aku memang bodoh, amat sangat bodoh, kini hari-hariku ku habiskan untuk merawat Putra bersama Sari yang nampaknya tak mau memaafkanku. Hingga suatu hari Sari pergi entah kemana.
“sahabatku Anna
Anna sahabatku, aku tak pernah marah denganmu, akkupun mengerti cinta itu tak harus saling memiliki, aku memang mencintai Putra tapi, ada satu orang lagi yang lebih pantas akucintai, yaitu kau Anna, sahabat yang sangat solid terhadapku hingga rela menyakiti hatinya sendiri, Anna, maafkan aku tak sempat izin untuk pergi, aku harus cepat sebelum terlambat, aku titip Putra denganmu, aku yakin kalian pasti akan bahagia selamanya, akupun akan tersenyum menyaksikan kebahagiaan kalian, dengan senyuman tulus duniaku yang baru, nanti kita pasti bertemu lagi..
Salam sayang
Sari”
Sepucuk surat yang Sari tinggalkan untukku ketika aku menghampiri Putra yang tengah terbaring di tempat tidurnya. Tengah itu tak terlintas dalam anganku Sari ada dimana, yang jelas akuy yakini adalah Sari tengah bahagia.
Hari demi haripun terus berganti, hanya aku dan keluarga Putra yang menemani masa-masa kritis Putra, hingga suatu hari, dokter menyebutkan bahwa masa kritis Putra telah dilewati, karena ada orang yang mendonorkan ginjalnya kepada Putra dan perasaan yang sangat terombang- ambing itupun berangsur surut.
Dua hari kemudian barulah Putra sudah bisa pulang,, meskipun keadaanya masih lemah, tapi dia sempat mendengar percakapan mamanya dan dokter yang menangani Putra dirumah sakit, bahwa ada seseorang yang telah mendonorkan Ginjalnya untuk Putra. Akupun tahu, bahwa Putra sangat ingin tahu siapa yang mau mendonorkan Ginjalnya itu, tapi sangat susuah menggali info pada mamanya, tante Lisna. Pepatah mengatakan, serapat-rapat orang menyembunyikan sesuatu pasti akan tercium juga, dan begitupun dengan Tante Lisna yang menyembunyikan siapa yang mendonorkan Ginjal untuk Putra.
“dear two my friendship
Hai.. apakah Putra juga membaca suratku? Hai dua sahabat superku, apa kabar kalian? Wah rasanya hangat berada di dekat kalian ya?, tapi aku ucapin maaf yang sebesar-besarnya tidak bisa menemani kalian lagi, mungkin jika kalian membaca suratku ini, adalah surat terakhirku, yaahh,, jangan khawatir, aku pasti inget kalian terus, aku pasti doain supaya kalian sukses slalu.
Oh ya, Anna and Putra, kalian pasangan super, kapan nikah? Wah wah ayo semangat,, perjuangkan cinta kalian sampai titik darah pernghabisan.. sekali lagi maafkan aku ya?, jangan lupa mampirlah ke makamku jika kalian menikah nanti.
Salam sayang
Sari “
Welcome to the official Twitch channel of myr game Twitch - thTopBet
BalasHapusWelcome to the official Twitch channel of myr game Twitch. Welcome to the 메리트카지노 official Twitch channel of jeetwin myr game Twitch. Welcome to the official Twitch channel of myr happyluke game Twitch.